Beranda | Artikel
Dua Jenis Zuhud yang Bikin Allah dan Manusia Cinta Padamu – Syaikh Abdussalam Asy-Syuwaiar
1 hari lalu

Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mendatangi para muridnya, lalu berkata: “Kalian hari ini lebih banyak shalat dan puasanya daripada para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi dulu mereka lebih baik daripada kalian.” Para muridnya bertanya, “Mengapa bisa demikian, wahai Abu Abdurrahman?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Karena dulu mereka lebih zuhud terhadap dunia daripada kalian, dan lebih mengharapkan akhirat.”

Maka, zuhud bukan sekadar banyak beramal dengan anggota badan, melainkan terletak pada amalan hati. Oleh sebab itu, di antara hal terpenting adalah perhatian terhadap amalan hati. Banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang sibuk mempelajari kitab-kitab fikih dan ushul fikih sering kali membuatnya sibuk dengan amalan lahiriah hingga melupakan amalan hati. Tidak ada yang mampu mengembalikannya kepada amalan hati kecuali Al-Qur’an.

Maka, memperbanyak membaca Al-Qur’an, merenungkan maknanya, serta membaca sirah para Sahabat radhiyallahu ‘anhum —dan sebelum itu semua, tentu membaca sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—adalah perkara yang melembutkan hati, dan menjadikan seseorang zuhud terhadap dunia. Dalam hadis ini dijelaskan bahwa zuhud ada dua jenis: zuhud terhadap dunia, dan zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Adapun zuhud terhadap dunia, maka siapa yang melakukannya dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Makna zuhud terhadap dunia ialah hati tidak terpaut pada dunia, melainkan hanya terpaut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Bisa jadi seseorang memiliki harta yang melimpah ruah, seperti halnya beberapa Sahabat, seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan lainnya, atau seperti ulama generasi berikutnya, seperti Abdullah bin Al-Mubarak yang telah disebutkan. Abdullah bin Al-Mubarak termasuk orang paling zuhud di zamannya. Beliau juga menulis kitab tebal yang telah dicetak sejak lama, dengan judul “Kitab Az-Zuhd”.

Para ulama dan ahli fikih dari generasi setelahnya sangat takjub dengan kezuhudan Abdullah bin Al-Mubarak, karena beliau memiliki harta, tetapi tetap zuhud. Ciri orang zuhud terhadap harta adalah: ketika muncul kesempatan untuk bersedekah, ia segera melakukannya tanpa pelit. Inilah orang yang zuhud. Zuhud bukan pada ketidakmampuan mencari harta, melainkan pada kemudahan dan kerelaannya menginfakkan hartanya.

Jenis zuhud yang kedua adalah zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia. Siapa yang zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain, maka manusia akan mencintainya. Makna zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain, yang pertama, ialah meninggalkan rasa iri terhadap harta mereka. Barang siapa memiliki harta atau kenikmatan duniawi (maka jangan kamu iri kepada mereka), “Dan janganlah engkau tujukan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Thaha: 131). Zuhud dan ketidaktertarikan terhadap hal itu merupakan sebab utama kezuhudan terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Kedua, zuhud terhadap hal-hal yang diperebutkan manusia dalam urusan kemuliaan dan jabatan. Siapa yang zuhud terhadap kedudukan dan penghormatan, di mana seseorang dihormati, seperti menjadi khatib ulung, sebab menjadi khatib adalah salah satu bentuk kemuliaan: orang-orang berkumpul di hadapanmu, berdesakan di sekitarmu, dan diam mendengarkanmu saat kamu berbicara. Siapa yang zuhud terhadap hal itu, maka manusia akan mencintainya. Namun, terkadang seseorang memang ditakdirkan mengemban jabatan tersebut. Misalnya, si Ahmad berkata: “Aku ditakdirkan menjabat ini, bukan karena permintaanku.” Jika kamu memang diberi tanggung jawab tanpa memintanya, maka ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jabatan itu mendatangimu tanpa kamu meminta dan mengharapkannya.” Siapa yang mengamalkan kedua jenis zuhud ini, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan mencintainya, dan manusia juga mencintainya karenanya.

=====

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ أَتَى أَصْحَابَهُ فَقَالَ أَنْتُمُ الْيَوْمَ أَكْثَرُ صَلاةً وَصِيَامًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَانُوا خَيْرًا مِنْكُمْ فَقَالُوا لِمَ ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَقَالَ إِنَّهُمْ كَانُوا أَزْهَدَ فِي الدُّنْيَا مِنْكُمْ وَأَرْغَبَ فِي الْآخِرَةِ

فَلَيْسَ الزُّهْدُ بِمُجَرَّدِ الْأَعْمَالِ وَإِنَّمَا هُوَ فِعْلُ الْقَلْبِ وَذَلِكَ مِنْ أَهَمِّ الْأُمُورِ الْعِنَايَةُ بِفِعْلِ الْقَلْبِ وَقَدْ ذَكَرَ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ الَّذِي يُعْنَى بِكُتُبِ الْفِقْهِ وَالْأُصُولِ رُبَّمَا انْشَغَلَ بِأَعْمَالِ الْجَوَارِحِ عَنْ أَفْعَالِ الْقُلُوبِ وَلَا يُرْجِعُهُ لِأَفْعَالِ الْقُلُوبِ إِلَّا الْقُرْآنُ

فَالْإِكْثَارُ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالتَّأَمُّلِ فِي مَعَانِيهِ وَالنَّظَرُ فِي سِيَرِ الْأَوَائِلِ مِنَ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ وَقَبْلَ ذَلِكَ سِيْرَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِاطِّلَاعُ عَلَيْهَا هِيَ الَّتِي تُرَقِّقُ الْقَلْبَ هِيَ الَّتِي تُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ بَيَانٌ أَنَّ الزُّهْدَ نَوْعَانِ زُهْدٌ فِي الدُّنْيَا وَزُهْدٌ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ

فَأَمَّا الزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا فَمَنْ فَعَلَهُ أَحَبَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَعْنَى الزُّهْدِ فِي الدُّنْيَا أَنْ لَا يَتَعَلَّقَ الْقَلْبُ بِالدُّنْيَا وَإِنَّمَا يَتَعَلَّقُ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ يَكُونُ الْمَرْءُ قَدْ امْتَلَأَتْ يَدَاهُ مِنَ الدُّنْيَا كَحَالِ بَعْضِ الصَّحَابَةِ كَعُثْمَانَ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَغَيْرِهِمْ وَمِنْ الْمُتَأَخِّرِينَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ الَّذِي تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ كَانَ مِنْ أَزْهَدِ أَهْلِ عَصْرِهِ وَقَدْ أَلَّفَ كِتَابًا ضَخْمًا طُبِعَ مُنْذُ فَتَرَاتٍ طَوِيلَةٍ بِاسْمِ كِتَابِ الزُّهْدِ

وَكَانَ الْعُلَمَاءُ الْفُقَهَاءُ يُعْجِبُهُمْ زُهْدُ عَبْدِاللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ مِنَ الْمُتَأَخِّرِينَ لِأَنَّهُ فِي يَدِهِ مَالٌ وَمَعَ ذَلِكَ زَهَدَ الزَّاهِدُ هَذَا يَدُلُّ عَلَى زُهْدِهِ فِي الْمَالِ أَنَّهُ إِذَا جَاءَ سَبَبُ الصَّدَقَةِ تَصَدَّقَ وَلَمْ يَبْخَلْ بِهِ هَذَا هُوَ الزَّاهِدُ لَيْسَ فِي عَدَمِ كَسْبِهِ وَإِنَّمَا فِي بَذْلِهِ وَسُهُولَةِ بَذْلِهِ لِلْمَالِ

النَّوْعُ الثَّانِي مِنْ الزُّهْدِ الزُّهْدُ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ وَمَنْ زَهِدَ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ أَحَبَّهُ النَّاسُ مَعْنَى الزُّهْدِ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ أَوَّلًا تَرْكُ الْحَسَدِ فِي أَمْوَالِهِمْ فَمَنْ مَلَكَ مَالًا أَوْ مَلَكَ مَتَاعًا مِنْ مَتَاعِ الدُّنْيَا وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا هَذَا الزُّهْدُ فِيهِ وَعَدَمُ الْإِقْبَالِ عَلَيْهِ سَبَبٌ لِلزُّهْدِ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ

الْأَمْرُ الثَّانِي الزُّهْدُ فِيمَا يَتَنَافَسُ فِيهِ النَّاسُ فِي أُمُورِ الشَّرَفِ وَالْوِلَايَاتِ فَمَنْ زَهِدَ فِي الْوِلَايَاتِ وَالشَّرَفِ الَّتِي يُشْرِفُونَ فِيهَا كَأَنْ يَكُونَ خَطِيبًا مِصْقَعًا إِذْ مِنَ الشَّرَفِ أَنْ تَكُونَ خَطِيبًا فَيَجْتَمِعُ النَّاسُ إِلَيْكَ وَيَتَكَاثَرُونَ عِنْدَكَ وَيُنْصِتُونَ لَكَ إِذَا تَكَلَّمْتَ مَنْ زَهِدَ فِي ذَلِكَ أَحَبَّهُ النَّاسُ لَكِنْ قَدْ يُبْتَلَى بَعْضُ النَّاسِ أَحْمَدُ يَقُولُ أَنَا رَجُلٌ بُلِيْتُ أَنَا بُلِيْتُ بِذَلِكَ لَكِنْ إِذَا اُبْتُلِيْتَ فَإِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَكَ مِن غَيْرِ طَلَبٍ وَلَا اسْتِشْرَافِ نَفْسٍ مَنْ فَعَلَ الثِّنْتَيْنِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّهُ وَيُحِبُّهُ النَّاسُ لِأَجْلِ ذَلِكَ


Artikel asli: https://nasehat.net/dua-jenis-zuhud-yang-bikin-allah-dan-manusia-cinta-padamu-syaikh-abdussalam-asy-syuwaiar/